Wednesday, March 16, 2011

Maraknya Hawa “Seks” Film Indonesia


Film, secara singkat adalah sebuah karya sastra modern yang menggabungkan gambar dengan suara (Audio Visual) yang sebenarnya merupakan suatu cerita–baik fiksi maupun non-fiksi –dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik tertentu. Semenjak abad 20, perfilman sudah mulai beredar, sebagai sarana hiburan modern bagi masyarakat, juga Indonesia.



Akhir-akhir ini, industri-industri perfilman Indonesia banyak sekali menerbitkan film-film sinema. Di antaranya yang berbasis pada suatu novel, cerita karangan, adopsi dari cerita luar negeri, maupun tanpa basis tertentu atau timbul dari pikiran si pengarang cerita itu sendiri. Inti film yang sering kita dengar akhir-akhir ini hanyalah mertumpu pada satu inti yaitu cinta.

Film cinta yang beredar di masyarakat sebenarnya memilikki poin yang tidak jauh berbeda, namun dibeda-bedain dengan kreativitas si penulis novel atau cerita film tersebut sedemikian sehingga para spektator menangkap film tersebut dari segi yang berbeda. Bahkan saking “kreatifnya” si pembuat film itu, mereka berani membuat cerita yang sama, namun dengan tempat dan suasana yang berbeda.

Indonesia modern sebagai salah satu negara “Movie Addicted” di dunia yang mempublikasikan berpuluh-puluh – bahkan ratusan – film dalam setahun pun tidak mau kalah dengan Negara-negara lain seperti Amerika, Korea, Jepang, Cina, yang membuat film cinta yang semakin hari semakin berbau seks.

Apabila kita perhatikan, pada era 1990an dimana Indonesia mengalami hal yang dinamakan “Bom Seks” , Indonesia telah berani menerbitkan berbagai film dan sinema yang berbau seks (yang sebenarnya masih ringan dari yang kita lihat sekarang), namun beberapa tahun berikutnya, terjadilah suatu hal yang membuat seks sangat dikekang dalam nusantara, sehingga tiada lagi yang berani membuat film dengan scene seks tersebut.

Namun, mulai tahun 2006, di mana negara-negara luar mulai menggarap film berkelas box office yang berbau seks kembali, Indonesia pun mulai berani menggarap film berbau tersebut kembali. Sebut saja satu film yang pada tahun 2006 yang membuat kontroversi masyarakat, Buruan Cium Gue. Pada tahun 2007 dan 2008, industri-industri perfilman Indonesia mulai berani membuat film “cinta” remaja yang sebenarnya makin melenceng dari tema “cinta” itu sendiri. Bahkan para spektator remaja yang tengah menonton film tersebut bisa berkomentar, “Gila, ini film cinta ternyata bokep juga ya?”.

Hingga mulai tahun 2008 ini, film Indonesia makin terkenal dengan pengeksposan hawa seksnya yang sangat pekat di dalam cerita, walaupun kita sendiri tahu bahwa film itu bukanlah film orang dewasa, melainkan film cinta remaja, dimana para pemainnya pun adalah para aktor dan aktris remaja. Sebutlah salah satu film yang juga menimbulkan kontroversi dalam masyarakat akhir-akhir ini, misalnya Mau Lagi? (ML) yang berkonsep seperti film berbau seks American Pie, maupun Drop Out (DO) yang bercerita mengenai mahasiswa yang terancam DO karena suatu hubungan seks.

Memang, tidak bisa kita bandingkan dengan cara ekspos seks film-film Barat, namun dalam tahap ini, Indonesia bisa kita nyatakan sudah terbuka pada budaya barat yang cukup terbuka terhadap seks, terutama dalam sinema-sinemanya (Dalam hal ini yang berkaitan adalah budaya Seks Bebas). Industri film Indonesia pun tampaknya sudah merasa akan kalah bersaing apabila film Barat dibandingkan dengan film cinta biasa yang tidak terdapat pengeksposan seksnya.

Industri film menurut saya memang tidak mempunyai pilihan apabila mereka ingin bersaing dengan film-film Barat yang kehadirannya pun diterima dalam masyarakat Indonesia. Saya rasa, ke depannya Indonesia akan dibanjiri dengan berbagai film-film cinta yang berhawa seks. Untuk itu, sebaiknya para orang tua lebih berhati-hati dalam memperhatikan film yang ditonton anak-anaknya baik di TV maupun di dalam bioskop (Sinepleks). Para remaja pun sebaiknya membaca terlebih dahulu resensi film sebelum menonton suatu fim, sehingga tidak mendapatkan ajaran moral yang buruk sebagai akibat salahnya pemilihan film, khususnya film Indonesia masa kini yang sepertinya dengan mudah dinyatakan lulus sensor. Lihatlah menuju masa depan moral bangsa kita.

No comments:

Post a Comment