Semua berawal dari Facebook, yang mempertemukanku dengan kakak kelasku dulu yang juga mantan pacarku waktu di smu. Secara tak sengaja kulihat namanya di daftar teman salah seorang temanku, langsung ku add aja namanya, dan seperti yang sudah keduga dia langsung merespon dan bahkan kirim pesan padaku melalui inbox facebookku.
Perpisahanku dengannya sebut saja mas Dim, begitu biasa aku memanggilnya, telah terjadi 9 tahun lamanya, dan masing-masing kami telah mempunyai keluarga, baik aku maupun mas Dim, mas Dim telah dikaruniai 1 putra sedangkan aku 2, putri dan putra.
Awalnya hanya kirim pesan aja melalui inbox facebook tapi kemudian berlanjut saling tukar no hp, yang membuat kami semakin dekat karena seringnya kami berkirim pesan (sms) maupun telponon, hampir setiap hari saling telponon maupun sms, tapi batas waktu hanya sampai jam 5 sore bila kebetulan istrinya tidak berada di rumah ibunya.
Berbeda denganku, suamiku bekerja jauh di luar jawa dan pulang hanya 3 bulan sekali, aku sebagai wanita normal yang ingin selalu diperhatikan, merasa bahagia sekali setelah pertemuanku dengan mas Dim walau hanya lewat telponon.
Dari saling telpon, bisa ditebak, kami saling bertemu tentu saja tanpa setau istri mas Dim maupun keluargaku, kami janjian lewat telpon,kami bertemu pertama hanya sekedar ingin melihat secara langsung masing masing dari kami setelah 9 th tak bertemu. Ternyata...Mas Dim sekarang udah jauh berbeda dia semakin bersih, agak gemukan dan terawat, dan semua itu adalah tuntutan dari profesinya yang seorang guru, yang dituntut untuk selalu tampil rapi di hadapan murid-muridnya maupun teman sekantornya
Dari pertemuan pertamaku dengan mas Dim,aku merasakan getar-getar cinta itu masih ada diantara kami walau kami sadar itu salah, cara bicara mas Dim padaku masih sama seperti dulu, sabar tapi lebih tertata. Pertemuan pertama hanya kami gunakan tuk saling tukar cerita tentang diri kami masing-masing.
Pertemuan kedua dan selanjutnya mas Dim lebih terbuka menceritakan tentang keluarganya, tentang istrinya yang lebih suka menemani ibunya di rumahnya dan sering mengabaikannya, padahal mas Dim sepulang mengajar harus ke sawah, merawat sawah orangtuanya yang sudah tak mampu lagi ke sawah,selama perkawinannya mas Dim lebih sering beli makanan matang daripada makan masakan istrinya, dan kebutuhan biologispun jarang ia dapatkan, karena jarangnya ia berkumpul dengan istrinya.
Aku merasa iba, mengapa orang yang masih kusayang tak mendapat kebahagiaan dalam pernikahannya, tapi aku tak mau dijadikan sebagai pengganti istrinya walaupun aku masih sayang mas Dim.Aku hanya memberikan perhatian-perhatian sebatas mengingatkan dia makan, sholat, menanyakan dah pulang atau belum, capek atau gak,tapi..karena perhatian-perhatian kecilku itu mas Dim semakin gak bisa kalau gak menelponku sehari, dan akupun semakin sayang kepadanya daripada suamiku yang jauh.
Karena rasa sayangnya padaku sering dia membawakan makanan yang aku suka sepulang dia mengajar, dan membelikan apa saja yang aku mau,akupun seperti orang kecanduan bila sehari saja mas Dim tak menelponku atau sms, aku bisa uring-uringan tak menentu, dan bila kebetulan hari libur dia bisa bersama istrinya, aku merasa cemburu.
Pada pertemuan yang kesekian kali yang entah pertemuan yang keberapa,kami merasa kangen satu sama lain, kami ingin melakukan hal yang selama ini aku hindari,tapi kami gak bisa karena kami masih punya iman walau sedikit, kami hanya berkeliling naik motor dengan aku memeluk mas Dim erat seakan tak mau kulepaskan, karena hanya itu yang berani kami lakukan, kami pergi ke tempat yang jauh dimana orang gak ada yang kenal kami bila tau kami berpelukan di motor, melakukan itu saja, rasanya sudah bahagia, dan aku tak ingat lagi suami ku yang jauh
No comments:
Post a Comment