Istriku merasa mulas. ia sedang hamil. tapi ia ragu, apakah ia akan segera melahirkan atau hanya mules biasa aja. tapi, saya sebagai suami merasa khawatir. maka segera batal pergi kerja dan langsung membawa istrik ke bidan.
"ini udah mau melahirkan, tapi mungkin akan melahirkan pukul 1 atau 2 siang nanti." demikian kata bu bidan. tapi tampaknya ia juga ragu, sehingga ia tampak menunggu-nunggu barangkali istriku akan melahirkan pagi itu juga.
"Aduh, gimana ini, mana saya mau pergi kuliah lagi!" demikian kata Bu Bidan. "kalo saya tinggal, takut ibu mau melahirkan sekarang."
istriku di suruh berbaring di tempat tidur. tidak kulihat istriku berkontraksi untuk melahirkan . tapi bu Bidan tampak sudah mengobok-obok vagina istriku. entah bagaimana, entah benar atau salah, tapi sepertinya ada sesuatu yang dipecahkan secara sengaja oleh bu Bidan. saya tidak mengerti semua persoalan itu. tapi dari beberapa pembicaraan bidan dengan asistennya, saya menangkap ada sesuatu yang sengaja di pecahkan di dalam vagina istri saya. lalu bu Bidan menyuruh istri saya untuk "ngeden", agar bayinya keluar.
tampak bu Bidan gak sabar menunggu bayi keluar. sebentar-sebentar ia melirik ke jam di dinding. "wah, kesiangan lagi ni kuliahnya. mana dosennya galak lagi, suka ngomel-ngomel kalo ibu kesiangan" katanya. "padahal dosennya juga masih anak-anak muda, yah sekitar 23 atau 24 tahunan lah. sedangkan ibu, udah berumur lebih setengah abad."
istriku tampak berusaha keras untuk mengeluarkan bayinya. kepalanya aku pangku dengan tanganku. kadang-kadang ia hampir tampak pingsan karena lelahnya mengeluarkan tenaga.
"udah kita paksa aja, biar cepet keluar!" Demikian ujar bu Bidan pada asistennya.
saya cuma bengong, gak tau apa yang mesti dilakukan. saya tidak tau, apakah yang dilakuan bu Bidan itu benar atau salah. aku melihat bu Bidan menekan perut istriku dari arah atas ke bawah, memaksa agar bayinya cepat keluar. setelah beberapa kali bidan melakukan itu, rasanya saya gak kuat. lalu saya berkata, "Bu, tolong jangan dipaksa begini. kasian istri saya!"
bu Bidan sewot,"dari pada ini nanti saya tinggal, istrimu bisa gak tertolong."
akhirnya saya diam. keselamatan istriku segalanya bagiku.
tapi berkali-kali bu bidan memaksa bayi itu keluar, tetap saja bayi itu tidak mau keluar. malah istriku semakin tampak kelelahan saja. akhirnya saya memutuskan untuk menelepon nenek saya.
begitu nenek ku datang, ia marah karena melihat bu bidan terlalu memaksa bayi yang belum waktunya keluar untuk segera keluar. tapi, karena ada sesuatu yang sudah dipecahkan oleh bu bidan tadi di dalam vagina istriku, keadaannya sekarang sudah setengah jalan. dan bayi itu harus segera keluar. demikian kata bu Bidan.
neneku mencium ubun-ubun istriku dan membacakan doa. tak lama kemudian, keluarlah bayiku dengan selamat. hatiku gembira sekali rasanya. tinggalah sekarang menjahit vagina istriku yang robek.
selama melakukan operasi, bu bidan tak henti-hentinya berceloteh dengan asistennya, bercerita ini dan itu. usai menjahit bu bidan berkata padaku, "Nah, saya sudah menjahitnya. tidak dijahit terlalu sempit. coba lihat, kira-kira itu mu bisa masuk gak ke sini, lubangnya segini?" saya diam aja, tidak menjawab pertanyaan itu. saya kira itu pertanyaan yang tak layak untuk ditanyakan. tapi, saya abaikan saja. saya bersyukur istriku selamat.
tapi, hal yang menjengkelkan adalah bu Bidan lupa sesuatu. setelah beres menjahit, ia mencari-cari suatu benda atau alat, saya lupa apa namanya. tapi asistennya berkata,"mungkin tadi tertinggal di dalam vagina".
segera bu bidan memeriksa kembali vagina istri saya. dan benar saja, benda itu tertinggal di vagina istri saya. terpkasa bu bidan membuka kembali jahitannya sedikit. uh..kasian sekali istriku.
istriku selamat dan anakku selamat. kini anakku berumur 2 tahun. tapi ada kesedihan yang tidak terhapuskan sejak proses melahirkan itu. istriku telah kehilangan klitorisnya, gan! entah terpotong atau mungkin jahitannya terlau rapat atau bagaimana, saya tidak tahu. tapi kini klitoris istriku tidak ada. hal itu membuat hubungan seksual kami menjadi tidak bahagia. istriku menjadi sulit terangsang dan sulit mencapai orgasme. sedangkan saya, tentu masih sangat membutuhkan hubungan seks tersebut. usia saya baru 32 tahun, usia yang tentunya masih membutuhkan hal seperti itu.
sejak hubungan seks pertama setelah melahirkan, istriku sudah menyadari bahwa klitorisnya telah hilang. dan ia tau, itu terjadi setelah proses melahirkan. tapi kami tidak tau apa yang mesti dilakukan. saya jengkel sama bidan tersebut. tapi bila saya menuntutnya, ntar saya dibilang tidak berterima kasih, karena nyawa istri dan anak ku telah selamat berkat pertolongan bidan tersebut. selain itu juga, diperlukan bukti-bukti kuat, jika saya ingin mengajukan tuntutan. saya jadi bingung, gan! Bagaimana menurut Agan-agan? haruskan saya menutut bidan tersebut ke pangadilan atau saya lupakan saja semua itu?
saya sudah berusaha mengajak istriku untuk mengkolsulatisikan soal klitoris itu pada dokter ahli. tapi istriku gak mau. malu, katanya. tapi karena soal klitoris itu, rasanya penderitaanku tidak berujung. kami tidak dapat menikmati seks. apakah aku harus hidup seperti biksu atau pendeta yang berpantang seks? atau apakah aku harus memuaskan seks dengan cara lain, seperti onani atau mencari PSK? tentu saja tidak ingin seperti itu. saya ingin suatu hubungan seks yang normal dengan istriku sendiri sebagaimana biasanya dulu.
No comments:
Post a Comment